IMPIAN SEDERHANA SEORANG MUSLIM

Setiap manusia memiliki impian. Seorang mukmin yang telah mencicipi manisnya iman, impiannya sederhana, yakni kehidupan yang tenang bersama keluarga dalam naungan ilmu syar’i, jauh dari syubhat dan bid’ah, bersih dari riba dan maksiat, hingga menghadap Allah dalam keadaan husnul khotimah.

Impiannya tinggal di sebuah rumah sederhana, namun berada di lingkungan ma’had Ahlus Sunnah, agar langkah kaki selalu dekat dengan majelis ilmu. Sebab ilmu adalah cahaya, dan cahaya itu hanya akan menetap di hati yang bersih dari syirik, bid’ah, dan maksiat. Karena manusia itu paling butuh kepada ilmu daripada makan dan minum. Sebab makan dan minum dibutuhkan sekali atau dua kali dalam sehari, sedangkan ilmu dibutuhkan setiap waktu.

Ia pun berharap keluarganya hidup tanpa amalan-amalan bid’ah yang menodai tauhid. Karena setiap bid’ah adalah sesat. Demikian pula ia ingin jauh dari riba, karena riba termasuk dosa besar yang akan mematikan keberkahan hidup. Di tengah hiruk-pikuk dunia, ia bercita-cita hidup qana’ah, merasa cukup dengan karunia Allah. Sebab, kebahagiaan bukan diukur dari luasnya rumah atau banyaknya harta, tetapi dari hati yang tenang. Dan ia ingin bersama keluarga serta sahabat-sahabatnya saling mengingatkan dalam kebaikan, sebagaimana firman Allah:

Puncak impian itu adalah meninggal dalam keadaan husnul khotimah. Diusung ke kuburnya oleh tangan-tangan kaum muslimin Ahlus Sunnah, dishalatkan oleh para penuntut ilmu serta Ahlu Tauhid, lalu dikuburkan dengan tata cara yang sesuai sunnah.

Betapa nikmatnya bila seseorang menutup hidupnya dengan kalimat tauhid, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
“Barangsiapa akhir perkataannya di dunia adalah ‘Laa ilaaha illallah’, maka ia akan masuk surga.”
(HR. Abu Dawud, no. 3116, shahih)

Renungan ini mengingatkan kita bahwa kebahagiaan hakiki bukan terletak pada gemerlap dunia. Justru impian seorang mukmin sejati begitu sederhana: tinggal di lingkungan ilmu, bersama keluarga yang shalih, jauh dari bid’ah dan riba, hidup dalam qana’ah, lalu wafat dalam keadaan husnul khotimah.

Maka, marilah kita jadikan impian sederhana ini sebagai doa kita setiap hari. Karena kehidupan yang paling indah bukanlah rumah besar di tengah kota, melainkan rumah kecil yang dipenuhi dengan cahaya ilmu dan sunnah, hingga kita pulang ke sisi Allah dengan ridha dan diridhai.

Wallohualam bishowab
Semarang, 6 Oktober 2025
Ditulis bersama chatGPT dengan beberapa perubahan