JANGAN BESAR PASAK DIBANDINGKAN TIANG

Jangan Besar Pasak Dibandingkan Tiang

Pasak adalah paku yang terbuat dari bambu atau kayu yang berfungsi untuk menyambung atau menyatukan dua batang kayu. Termasuk menyambung tiang kayu penyangga rumah.

Peribahasa Indonesia berbunyi; besar pasak daripada tiang. Artinya? Belanja lebih besar daripada pendapatan.

Manusia memiliki kebutuhan, juga punya keinginan. Kebutuhan adalah hal-hal yang tak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari. Sementara keinginan adalah sesuatu bersifat subjektif yang jika tidak terpenuhi, kehidupan masih bisa berjalan normal.

Kebutuhan juga masih bisa diklasifikasi menjadi primer/pokok, sekunder/penunjang pokok, dan tersier/pelengkap.

Manusia adalah makhluk yang paling sering mengeluh dan terlalu banyak menuntut. Manusia cenderung menyalahkan dan tidak siap menerima kenyataan bahwa dirinya lah yang salah.

Gaji, pendapatan, upah, dan penghasilan, yang dikaitkan dengan kebutuhan dan keinginan, manusia sulit memandang secara objektif dan adil.

Manusia mengeluh; gaji terlalu kecil, harga melonjak naik, ekonomi sedang tidak baik-baik saja, dan terlalu banyak pengeluaran.

Manusia menggerutu; apa-apa mahal, orang miskin tambah miskin, pemerintah tidak memihak rakyat, dan hidup di zaman sekarang semakin berat.

Itulah manusia! Tak mau disalahkan.

Coba renungkan firman Allah di dalam surat Al A’raf ayat 31

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”

Jelas! Allah melarang gaya hidup konsumtif, gaya hidup yang berlebih-lebihan.

Seorang muslim dilarang bergaya hidup konsumtif, yaitu perilaku yang menggunakan uang untuk hal yang tidak penting dan tidak mendatangkan keuntungan.

Contoh perilaku konsumtif adalah membeli makanan beranekaragam namun akhirnya tidak dimakan habis, membeli barang padahal sudah memiliki, atau membeli barang branded untuk status sosial.

Contoh konsumtif yang lain adalah membuat acara hiburan, wisata mahal, traveling berbiaya tinggi, atau hobi-hobi yang menelan anggaran besar.

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيْرًا

” Janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros! “

Dengan demikian, coba hitung kembali pengeluaran selama ini, digunakan buat apa saja? Usahakan hidup hemat. Belajarlah untuk efisien.

2 orang dengan gaji yang sama, jumlah anggota keluarga sama, dan sama dalam banyak hal, karena berbeda gaya hidupnya, maka berbeda pula cara memandang pendapatan.

Yang satu memandang cukup karena pengeluaran disesuaikan pendapatan. Satu yang lain mengeluh kekurangan bahkan sering berhutang. Kenapa? Lebih besar pasak daripada tiang.

Anak-anak harus dididik dan dilatih untuk hidup berhemat. Mereka mestinya dibentuk dengan gaya hidup sederhana.

Bukan sebaliknya! Malah dikenalkan dan diakrabkan dengan paparan aplikasi belanja online. Sebab, hidup konsumtif pasti terlahir oleh promo-promo menggiurkan, bonus-bonus yang dijanjikan, dan discount-discount yang ditawarkan.

Intinya; pilih pilah lah kebutuhan, dan selektif lah untuk keinginan. Sebab, kemiskinan seringkali bukan disebabkan kurangnya nilai penghasilan, namun disebabkan besarnya pengeluaran yang tidak diperlukan.

Lendah, 03 Desember 2024

https://t.me/anakmudadansalaf/1258