Berkata Al Imam Ibnu Rajab rahimahullah:
“Tiba di bulan Ramadhan dan bisa berpuasa padanya, merupakan sebuah anugrah yang agung bagi siapa saja yang Allah takdirkan untuknya (kesempatan tersebut),
Orang yang diberi rahmat pada bulan Ramadhan adalah seorang yang betul-betul dirahmati (dikasihi oleh Allah), dan barang siapa yang diharamkan atasnya kebaikan bulan ramadhan maka sungguh ialah orang yang mahrum (terhalang dari kebaikan), serta bagi siapapun yang tidak mempersiapkan bekalnya untuk menghadapi hari kebangkitan (pada bulan tersebut) maka dialah orang yang tercela”.
Lathaif Al Ma’rif
Alih bahasa: Hisyam Abdillah
Sumber : https://t.me/Salafy_Sorowako/1806
———————————————————————————–
KEUTAMAAN BESAR BERTEMU DENGAN BULAN RAMADHAN
Dari Thalhah bin Ubaidillah radhiallahu’anhu, ia berkata:
“Ada dua orang lelaki dari kabilah Baliy datang kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Mereka berdua masuk Islam bersama. Tapi salah satu dari mereka lebih bersungguh-sungguh dalam beribadah dibandingkan yang lain. Suatu ketika, yang lebih rajin beribadah tersebut ikut berjihad mati syahid. Sedangkan yang satunya (yang tidak rajin ibadah), dia hidup setahun lebih lama. Kemudian ia juga wafat”.
Thalhah berkata, “Aku pernah bermimpi sedang berada di depan pintu surga dan Aku bertemu dengan dua orang tersebut. Tiba-tiba ada sosok yang keluar dari pintu surga. Kemudian sosok ini mengizinkan si Fulan yang meninggal terakhir tadi (yang kurang rajin beribadah) untuk masuk ke surga. Kemudian sosok tadi keluar lagi, lalu dia mengizinkan si Fulan yang wafat dalam jihad untuk masuk ke surga. Kemudian sosok ini pun menghampiriku kemudian mengatakan, ‘Kembalilah! Sekarang belum waktumu’”.
Ketika pagi hari, Thalhah menceritakan mimpinya tersebut kepada orang-orang. Mereka pun heran dengan mimpi Thalhah tersebut. Sampailah hal ini terdengar oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Dan para sahabat pun menyampaikannya kepada beliau.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Apa yang membuat kalian heran?”. Para sahabat menjawab, “Wahai Rasulullah, mengapa si Fulan yang lebih rajin beribadah dan ia wafat dalam jihad ia justru masuk surga belakangan sedangkan si Fulan yang lain (yang tidak rajin ibadah) lebih dahulu?”
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Bukankah si Fulan tersebut (yang tidak rajin ibadah) hidup setahun lebih lama daripada si Fulan yang pertama?”. Para sahabat menjawab: “Benar”.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Bukankah si Fulan tersebut (yang tidak rajin ibadah) menjumpai Ramadhan, dia berpuasa Ramadhan, shalat di bulan Ramadhan, sujud dan melakukan ibadah lainnya di bulan Ramadhan di tahun tersebut”.
Para sahabat menjawab, “Tentu wahai Rasulullah”.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Sungguh jarak antara mereka berdua lebih jauh daripada langit dan bumi”
[ HR. Ibnu Majah no. 3185, Ahmad (2/370).Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah. Juga oleh Ahmad Syakir dalam Takhrij Musnad Ahmad ]