“Apabila engkau berada di tengah-tengah suatu kaum maka pilihlah orang-orang yang balk sebagai sahabat, dan janganlah engkau bersahabat dengan orang-orang jahat sehingga engkau akan binasa bersamanya“
Maka perhatikanlah dengan detail teman-temanmu itu, karena teman ada bermacam-macam :
- Ada teman yang bisa memberikan manfaat
- Ada teman yang bisa memberikan kesenangan (kelezatan)
- Dan ada yang bisa memberikan keutamaan.
Adapun dua jenis yang pertama itu rapuh dan mudah terputus karena terputus sebab-sebabnya. Adapun jenis ketiga, maka itulah yang dimaksud persahabatan sejati.
Adanya interaksi timbal balik karena kokohnya keutamaan masing-masing keduanya. Namun jenis ini pula yang sulit dicari. (Hilyah Tholabul ‘ilmi, 47-48).
Syaikh Ahmad bin ‘Abdurrahman bin Qudamah al-Maqdisi atau terkenal dengan nama Ibnu Qudamah Al Maqdisi memberikan nasehatnya juga dalam memilih teman:
“Ketahuilah, bahwasannya tidak dibenarkan seseorang mengambil setiap orang jadi sahabatnya, tetapi dia harus mampu memilih kriteria-kriteria orang yang dijadikannya teman, baik dari segi sifat-sifatnya, perangai-perangainya atau lainnya yang bisa menimbulkan gairah berteman sesuai pula dengan manfaat yang bisa diperoleh dari persahabatan tersebut itu. Ada manusia yang berteman karena tendensi dunia, seperti karena harta, kedudukan atau sekedar senang melihat-lihat dan bisa ngobrol saja, tetapi itu bukan tujuan kita.
Ada pula orang yang berteman karena kepentingan Dien (agama), dalam hal inipun ada yang karena ingin mengambil faidah dari ilmu dan amalnya, karena kemuliaannya atau karena mengharap pertolongan dalam berbagai kepentingannya.
Tapi, kesimpulan dari semua itu orang yang diharapkan jadi teman hendaklah memenuhi lima kriteria berikut; Dia cerdas (berakal), berakhlak baik, tidak fasiq, bukan ahli bid’ah dan tidak rakus dunia.
Mengapa harus demikian ?
Karena kecerdasan adalah sebagai modal utama, tak ada kabaikan jika berteman dengan orang dungu, karena terkadang ia ingin menolongmu tapi malah mencelakakanmu. Adapun orang yang berakhlak baik, itu harus. Karena terkadang orang yang cerdaspun kalau sedang marah atau dikuasai emosi, dia akan menuruti hawa nafsunya. Maka tak baik pula berteman dengan orang cerdas tetapi tidak berahlak. Sedangkan orang fasiq, dia tidak punya rasa takut kepada Allah. Dan barang siapa tidak takut pada Allah, maka kamu tidak akan aman dari tipu daya dan kedengkiannya, Dia juga tidak dapat dipercaya. Kalau ahli bid’ah jika kita bergaul dengannya dikhawatirkan kita akan terpengaruh dengan jeleknya kebid’ahannya itu.
(Mukhtasor Minhajul Qasidin, Ibnu Qudamah hal 99)
Sumber : https://t.me/faidahassunnahmanado/7467
PILIH TEMANMU YANG MEMBUATMU ZUHUD DARI DUNIA
Sufyan Ats Tsauri rahimahullah mengatakan,
“Hendaknya temanmu adalah orang yang membuatmu zuhud (meninggalkan yang tidak penting) dari dunia dan membuatmu cinta kepada akhirat.
Jauhilah engkau berteman dengan para pencari dunia yang larut dalam obrolan dunia. Karena, mereka akan merusakkan agamamu dan kalbumu.”
Hilyatul Auliya karya Abu Nu’aim
Sumber ; telegram.tashfiyah.com