Kesyirikan (syirik) adalah menyamakan Allah dengan selain-Nya pada apa-apa yang merupakan kekhususan bagi Allah.
- Allah memiliki kekhususan dalam peribadatan, sehingga tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah.
- Tidak ada tempat meminta pertolongan selain Allah.
- Tidak ada tempat berlindung dari marabahaya selain Allah.
- Tidak ada tempat berdoa melainkan hanya kepada Allah.
- Allah memiliki kekhususan dalam penciptaan, sehingga tiada pencipta yang hakiki selain Allah.
- Allah memiliki kekhususan dalam kekuasaan, sehingga tiada penguasa yang hakiki selain Allah.
- Allah memiliki kekhususan dalam masalah ilmu, sehingga tiada yang mengetahui segala sesuatu selain Allah.
Ilmu-Nya tiada habis dicatat sekalipun semua pepohonan dijadikan pena dan seluruh lautan dijadikan tinta. Tiada seorangpun yang ilmunya menyamai ilmu Allah, sekalipun dia adalah seorang Rasul utusan Allah, bahkan Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Di antara bentuk-bentuk kesyirikan:
- Keyakinan bahwa: Ada yg memiliki ilmu seperti yang Allah miliki, maka itu adalah kesyirikan. Ada tempat berlindung kepada selain Allah, terlebih ketika terjadi marabahaya yang merata, maka itu adalah kesyirikan.
BAHAYA KESYIRIKAN
Allah telah menerangkan bahaya kesyirikan dalam Al-Qur’an dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah menerangkannya dalam hadits-hadits beliau.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman setelah menyebutkan hampir dua puluh orang Rasul,
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ [الأنعام : 88]
“Jika mereka melakukan kesyirikan, niscaya akan terhapus semua apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. Al-An’am: 88)
Berkata Imam As-Sa’dy rahimahullah,
فإذا كان هؤلاء الصفوة الأخيار، لو أشركوا – وحاشاهم- لحبطت أعمالهم فغيرهم أولى.
“Jika saja orang-orang pilihan ini (yakni para Rasul, pent.) mereka melakukan kesyirikan (dan itu tentunya tidak mungkin), niscaya amalan-amalan mereka akan terhapus. Maka terlebih lagi yang selain mereka.”
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ [الزمر : 65]
“Sungguh telah Kami wahyukan kepadamu dan kepada (para Rasul) sebelummu, jika kamu melakukan kesyirikan niscaya semua amalanmu akan terhapus dan kamu akan menjadi tergolong dalam golongan orang-orang yang merugi.” (Q.S. Az-Zumar: 65)
Berkata Imam As-Sa’dy rahimahullah,
ففي نبوة جميع الأنبياء، أن الشرك محبط لجميع الأعمال.
“Dalam kenabian seluruh para Nabi, kesyirikan itu merupakan sesuatu yang menghapus seluruh amalan (menjadikan pelakunya kafir keluar dari Islam, -pent.).”
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ [المائدة : 72]
“Sesungguhnya barang siapa yang mempersekutukan Allah (melakukan kesyirikan), niscaya akan diharamkan Surga atasnya, dan tempat tinggalnya adalah Neraka. Dan tidak ada bagi orang-orang zalim (yakni pelaku kesyirikan) seorangpun penolong (yang dapat mengeluarkannya dari Neraka).” (Q.S. Al-Maidah: 72)
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ»
“Barang siapa yang mati dalam keadaan dia mempersekutukan Allah dengan sesuatu (melakukan kesyirikan), niscaya dia pasti masuk Neraka.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu).
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا [النساء : 116]
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa kesyirikan, dan Allah mengampuni dosa selainnya bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang melakukan kesyirikan, maka sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang sangat jauh.” (Q.S. An-Nisa: 116)
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ [لقمان : 13]
“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, ‘Wahai anakku, janganlah kamu melakukan kesyirikan! Sesungguhnya kesyirikan itu merupakan suatu kezaliman yang sangat besar.” (Q.S. Luqman: 13)
Berkata ulama bahwa kesyirikan merupakan tindakan kejahatan yang paling jahat, karena berkaitan dengan hak Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebab hak Allah adalah diibadahi dan tidak dipersekutukan dengan sesuatu apapun.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى العِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلاَ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا»
“Sesungguhnya hak Allah yang mesti dipenuhi oleh setiap hamba adalah mereka mesti beribadah hanya kepada-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim, dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu).
Dan seterusnya dari dalil-dalil tentang bahaya kesyirikan yang dari dalil-dalil tersebut dapat disimpulkan bahwa bahaya kesyirikan adalah:
- Merupakan kezaliman atau kejahatan yang terbesar dari segala kejahatan, dan dosanya lebih besar dari segala perbuatan dosa seperti membunuh, berzina, dan dosa-dosa besar lainnya.
- Menghapus seluruh amalan (keislaman seorang muslim). Pelakunya menjadi kafir. Pelaku kesyirikan jika tidak bertaubat sebelum mati, niscaya dia akan dikekalkan oleh Allah di dalam Neraka.
- Sebab terhalangnya seseorang yang telah meninggal dunia dari doa rahmat dan ampunan kaum muslimin untuknya, bahkan doa anaknya sendiri, sebab barang siapa yang meninggal dalam keadaan melakukan kesyirikan dan belum bertaubat darinya, dia mati dalam keadaan kafir dan kita dilarang untuk mendoakan rahmat dan ampunan bagi orang yang mati dalam keadaan kafir.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلَا تُصَلِّ عَلَىٰ أَحَدٍ مِّنْهُم مَّاتَ أَبَدًا وَلَا تَقُمْ عَلَىٰ قَبْرِهِ ۖ إِنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَاتُوا وَهُمْ فَاسِقُونَ [التوبة : 84]
“Dan janganlah kamu sekali-kali menyolatkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka! Dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya! Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik (kafir).” (Q.S. At-Taubah: 84)
Mengingat betapa bahayanya kesyirikan itu sehingga hendaknya kita berhati-hati terhadap kesyirikan. Jangan kita terjatuh padanya, baik itu dalam bentuk keyakinan, ucapan, maupun perbuatan. Baik itu pada amal perbuatan yang bersifat pribadi maupun amalan atau kegiatan bersama orang banyak.
Hendaknya kita meninggalkan dan menjauhkan diri dari kesyirikan dan hal-hal yang mengandung kesyirikan.
Ditulis oleh Al-Ustadz Abu Hafsh Muhammad Tasyrif حفظه الله تعالى
Yuk Gabung Kanal Telegram https://t.me/qoulussalaf